Laman

Rabu, 15 Mei 2013

Pembelajaran Bahasa Indonesia melalui Kegiatan Lintas Kurikulum


BAB  I
PENDAHULUAN
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi di era globalisasi yang sangat cepat memunculkan tuntutan baru dalam segala aspek kehidupan, termasuk dalam sistem pendidikan sehingga mendorong para pengambil kebijakan dalam  lembaga pendidikan berperan aktif  dalam melakukan pembaharuan – pembaharuan di bidang pendidikan baik secara struktural  maupun infrastruktur. Pembaharuansistem pendidikan dilakukan untuk memperbaharui visi, misi, dan strategi pembangunan pendidikan. Sehingga diperlukan partisipasi aktif dari para pengemban pendidikan dengan menciptakan proses belajar mengajar yang benar melalui berbagai pendekatan yang aktif, kreatif, inovatif, efektif, dan menyenangkan . Hal ini bertujuan untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa sebagaimana tertuang di dalam fungsi pendidikan nasional. [1]
Adapun pendidikan sebagai suatu usaha manusia agar dapat mengembangkan potensi manusia yang beriman dan bertagwa kepada Tuhan Yang Maha Esa , berakhlak mulia, sehat, berilmu,cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis dan beranggung jawab diperlukan suatu sistem pendidikan yang terbuka dan bermakna. Kebermaknaan dalam proses pembelajaran dan pendidikan akan dapat tercipta jika proses pembelajaran dapat diintegrasikan dengan mata pelajaran yang lain atau dapat juga dengan  mengaitkan kejadian dalam kehidupan nyata. Pembelajaran ini adalah pembelajaran yang menarik, menantang, dan menyenangkan, serta mampu memberi penguatan  bagi mata pelajaran lain. Dalam hal ini, pembelajaran dan pendidikan di tingkat satuan tertentu benar merupakan satu kesatuan terintegrasi dan bukan sesuatu yang terkotak-kotak antara mata pelajaran yang satu dengan yang lain.
Pembelajaran yang hanya menyampaikan materi secara murni tanpa dikaitkan dengan materi pembelajaran lain, yang terjadi pembelajaran akan terkesan monoton, Bahkan guru terkesan kurang mempunyai pengetahuan yang luas. Berikan variasi dengan bercerita, kuis, permaianan, dan sedikit sentilan - sentilan yang lagi ngetrend pada anak remaja, tentu saja yang mengarah pada materi yang akan dibahas dalam pembelajaran.
Metode pembelajaran di kelas yang merupakan ujung tombak sebuah pendidikan itu bermakna apabila pembelajaran itu berlangsung dengan penuh kesan yang mendalam pada diri peserta didik  jika proses pendidikan dan pembelajaran itu dapoat berjalan dengan sederhana dan menyenangkan . Yaitu dengan menciptakan suasana belajar yang asyik, gembira serta menyenangkan. Dengan demikian , upya memberikan materi sesuai dengan pola pikir anak  dan tidak lagi menggunakan perspektif pembelajaran dengan harga mati. Bahkan , seorang guru bisa  menggunakan kerangka balik, yaitu dengan persepsi bahwa anak memiliki perspektif yang sama dalam hal “ kesenangan” .  Untuk itu, perlu upaya-upaya kreatif sebagai strategi sehingga menimbulkan efek senang, dengan harapan menciptakan suasana belajar yang menyenangkan , dan dapat menimbulkan terangkatnya kemampuan berpikir mereka. Pada gilirannya sesulit apapun materi yang diberikan akan lebih mudah diterima oleh peserta didik.
Dalam pembahasan kali ini, penulis ingin berbagi pengalaman penulis selama mengajar. Pengalaman-pengalaman ini merupakan sebuah perjalanan panjang yang telah penulis lalui dari sebuah kegagalan demi kegagalan mengajar kemudian penulis mencoba belajar terus dari kegagalan itu. Sehingga pembelajaran lintas kurikulum yang penulis lakukan ini berbuah pada suatu pembelajaran yang menyenangkan dan peserta didik terangsang untuk lebih kreatif tanpa merasa terbebani.
Semoga penulisan pengalaman ini dapat bermanfaat bagi diri penulis khususnya dan para pembaca pada umumnya. Inilah sebuah pengalaman yang kemudian bergulir dengan apa adanya.
BAB II
PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA  MELALUI KEGIATAN LINTAS KURIKULUM
Pembelajaran Bahasa akan menyenangkan jika menekankan pada kebermaknaan dalam proses belajar mengajar di kelas dengan mengaitkan manfaat materi belajar  dalam kehidupan peserta didik pada khususnya dan manusia pada umumnya. Dalam hal ini, akan dirasakan oleh peserta didik bahwa apa yang dipelajari oleh peserta didik di kelas benar-benar bermakna atau bermanfaat kelak di kemudian hari.  Pembelajaran bahasa akan menarik dan bervariasi jika materi dapat diintegrasikan dengan materi pelajaran lain atau nilai-nilai yang ada dalam kehidupan nyata.
Mengapa Pelajaran bahasa seringkali disepelekan ? Ini terjadi karena ‘image’ yang terbentuk dalam masyarakat diakibatkan proses pembelajaran yang kurang bermakna. Kebermaknaan  pembelajaran bahasa  dapat terjadi apabila metode pembelajaran itu selalu mengaitkan materi yang ada dengan mata pelajaran lain secara terpadu dan terintegrasi, misalnya : pembelajaran bahasa dikaitkan dengan pelajaran agama, PPKn, IPA, IPS, olah raga, kesenian dan sebagainya .Pengaitan ini dapat dilakukan dengan :
a.       Secara terpadu, misalnya  : laporan hasil penelitian peserta didik tentang percobaan IPA dapat dilihat dari segi bahasanya.
b.      Terkait/terpisah, artinya merupakan tindak lanjutdari pembelajaran sebelumnya, misalnya: pelajaran menulis puisi ,menyunting puisi, membaca puisi, dan memparafrasekan puisi, serta menanggapi pembacaan puisi.
Pembelajaran Bahasa dengan melalui lintas kurikulum memiliki kelebihan antara lain :
a.       Waktu dapat dimanfaatkan lebih eisien
b.      Pembelajaran tidak membosankan karena lebih bervariasi
c.       Memperkuat pemahaman peserta didik pada pelajaran lain.
Contoh-Contoh Pembelajaran Bahasa Indonesia dengan Lintas Kurikulum
Ø  Cerita “ Malin Kundang”
Isi cerita Malin Kundang dapat dikaitkan Pelajaran Agama Islam tentu saja bagi peserta didik yang beragama Islam, sedang untuk yang beragama non-Islam menyesuaikan dirui dengan agama yang dimilikinya.
Contoh Untuk Peserta didik Yang Beragama Islam :
 Bagaimana sikap Malin terhadap ibunya  jelas menyimpang dari ajaran agama Islam.Untuk itu guru segera membuka Al Qur’an dan menyuruh peserta didik membaca Surat An Nisaa’ayat 36 dan Surat Al Israa’ayat 23-24. Peserta didik diajak untuk berpikir mengaitkan sikap dan perilaku Si Malin Kundang dengan surat tersebut,
 Hal ini dapat kita kaitkan dengan perintah agama Islam yang terdapat dalam Surat An Nisaa’ayat 36 yang artinya “ Dan sembahlah Allah dan janganlah menyekutukan -Nya dengan sesuatu apapun dan berbuat baiklah kepada kedua ibu- bapakmu, kepada kaum kerabat, kepada anak-anak yatim,kepada orang-orang miskin,kepada tetangga –tetangga dekat,tetangga yang jauh, teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahaya, sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membanggakan dirinya sendiri”
Dan Surat Al Israa’ayat 23-24 yang isinya “ Dan Robmu telah memerintahkankepada manusia janganlah ia beribadah melainkan hanya kepada-Nya dan hendaklah berbuat baiklah kepad kedua orang tuanya dengan sebaik-baiknya, Dan jika salah satu atau keduanya sudah beruasia lanjut di sisimu maka janganlah katakan  ‘ah’ dan janganlah kamu membentak-bentak keduanya. “ Dan katakanlah kepada keduanya perkataan yang mulia dan rendahkanlah dirimu terhadap keduanya dengan penuh kasih sayang dan katakanlah wahai Rabbku sayangilah keduanya sebagaimana mereka menyayangiku di waktu kecil,” Hal ini bisa dikaitkan dan dikembangkan lebih luas lagi dari segi amanat cerita yang ada dengan ajaran agama yang sesuai .
Ø    Cerita rakyat Sangkuriang
Pada pembelajaran ini peserta didik diajak untuk menemukan nilai-nilai yang dapat dikaitkan dengan kehidupan nyata. Untuk itu peserta didik berdiskusi untuk menemukan unsur-unsur intrinsiknya dan kemudian mampu menemukan nilai-nilai yang sesuai dengan kehidupan nyata. Peserta didik dibiarkan untuk mengembara dengan pikirannya membayangkan antara cerita yang fiktif dan mengaitkan dengan kebenaran yang ada secara logika. Cerita ini bisa dikaitkan pelajaran geografi, di mana kebenaran cerita ini dilihat dari sudut pandang ilmu alam dengan hakikat sebuah dongeng itu sendiri . sehingga peserta didik bisa memahami kedudukan dongeng yang berjudul Sangkuriang itu sebagai sebuah legenda dan sejarah Gunung Tangkuban Perahu yang sebenarnya
Ø     Materi Etika Bertelepon
Materi pembelajaran Etika Bertelepon di Kelas VII dapat dikaitkan dengan sikap dan perilaku sopan santun pergaulan dan penggunaan fasilitas umum yang ada di PLKJ atau PPKn. Di  mana Peserta didik diajak untuk menidentifikasikan kesalahan–kesalahan yang biasa ditemui dan kesalahan tersebut dikaitkan dengan norma sopan santun berlaku, kemudian peserta didik menilai dan mencari solusi yang tepat untuk mengatasi kesalahan yang terjadi melalui diskusi kelompok.
Materi ini dapat dikembangkan lagi dengan mengkaitkan pelajaran IPS (ekonomi). Contohnya lamanya penggunaan telepon dikaitkan dengan masalah biaya. Semakin lama telepon digunakan maka semakin tinggi biaya yang akan kita keluarkan. Sehingga semestinya penggunaan telepon itu seperlunya saja dalam hal ini dapatlah dikaitkan dengan prinsip ekonomi pada pelajaran IPS ekonomi.
Selain itu, bisa saja dikembangkan lagi dengan mengaitkan pelajaran TIK di SMP. Contohnya : berbagai bentuk alat komunikasi dalam perkembangannya yang sangat pesat dewasa ini, menuntut adanya sikap positif sehingga kita harus mampu mengikuti perkembangan ITC dengan lebih bijak. Alat komunikasi yang ada semestinya bisa dijadikan ajang untuk memotivasi diri peserta didik untuk belajar dan bersikap yang lebih menguntungkan dengan tidak meninggalkan nilai-nilai moral yang luhur. Untuk itu, peserta didik diajak untuk merumuskan tata cara bertelepon yang baik/sopan baik dari segi bahasa, cara berbicara,cara penggunaan pesawat telepon/HP, maupun hal- hal lain yang perlu ditambahkan dalam etika bertelepon dengan cara berdiskusi.
Setelah peserta didik mampu merumuskan hasil diskusi, maka peserta didik melakukan latihan/ praktik bertelepon dengan teman sebangkunya kemudian dinilai oleh teman di belakangnya. Setelah itu, peserta didik di bangku bekangnya memberikan kritik dan saran secara bergantian, kemudian baru penilaian dilakukan oleh teman sejawat dan guru secara bersamaan dengan berpedoman pada rubrik penilaian yang telah dipersiapkan.
Ø  Pembelajaran Membaca Teks Perangkat Upacara
Pada pembelajaran ini dapat dikembangkan dengan cara peserta didik diajak terlebih dahalu melakukan olah raga ringan dengan gerakan tangan ,leher, dan badan. Di samping itu, dilakukan latihan olah vokal dengan melatih peserta didik mengucapkan : A-I-U-E-O serta S dengan pengaturan nafas dari perut dan pengucapan vokal dengan benar. Ini berarti pembelajaran bahasa menggunakan penggabungan  pelajaran olah raga sekaligus kesenian. Setelah kedua hal tersebut selesai, peserta didik diajak menyanyikan lagu–lagu wajib yang biasa ditampilkan di saat upacara Hari Senin dengan suara perut dan pengucapan vokal yang  benar.
Hal itu sebagai awal pembelajaran membaca teks  perangkat upacara dengan benar. Setelah itu, baru masuk pada teknis pembacaan teks perangkat upacara dipandu langsung oleh guru dengan memberikan tanda penekanan / enjambemen pada naskah tersebut. Di mana peserta didik membentuk kelompok untuk berlatih dan kemudian setiap peserta didik diundi untuk pengambilan nilai membaca teks perangkat upacara, Peserta didik diundi secara urut sesuai absen tetapi yang diundi materi yang akan dibacanya. Sehingga peserta didik harus menyiapkan diri agar siap membaca teks perangkat upacara .Guru mencari waktu yang tepat untuk memasukkan variasi yaitu menyanyikan lagu Indonesia Raya, Hymne Guru, Mengeningkan Cipta, dan minimal satu lagu wajib. Tentu saja diperhatikan betul bagaimana bernyanyi dengan  vokal dan penghayatan yang benar . Dengan demikian, berarti terjadi perpaduan  pembelajaran Bahasa Indonesia dengan pembelajaran Seni Budaya.

Ø  Menyimak Wawancara
Sebelum pembelajaran menyimak dimulai, peserta didik diajak bagaimana melatih konsentrasi terlebih dahulu. Karena menyimak tidak akan dilakukan jika konsentrasi tidak bisa dilakukan, Untuk itu, peserta didik dilatih membentuk konsentrasi terlebih dahulu dengan olah raga yaitu senam otak, Yaitu dengan menggerakkan jari-jari tangan dan gerakan tangan yang sederhana. Setelah itu, peserta didik dibawa pada tahap menyimak wawancara yang telah dipersiapkan. Berikan kepada peserta didik manfaat dari menyimak informasi dan bagaimana kaitannya dengan arus globalisasi yang begitu pesat melaju terus serta bagaimana dengan keterbatasan kemampuan kita menyikapinya. Maka masuklah pendidikan moral dan budaya sebagai variasinya. Buatlah komitmen dalam hal ini dengan peserta didik.

Ø  Menentukan  latar dalam karya sastra dengan mengaitkan latar yang ada   dengan kehidupan nyata
Karya sastra dalam perkembangannya di Indonesia terbagi dalam dua bentuk yaitu berupa prosa dan puisi . Karya sastra (prosa dan puisi ) berdasarkan kurun waktunya terbagi atas karya sastra lama dan karya sastra baru. Kualitas sebuah karya dapat dilihat dari unsur-unsur yang membangunnya, yaitu unsur intrinsik dan unsur  ekstrinsiknya. Unsur intrinsik karya sastra yang berupa tema,  amanat,  plot, penokohan, perwatakan,  setting, bahasa, point of view. Dan unsur ekstrinsik yang berupa situasi dan kondisi masyarakat pada waktu karya itu lahir, serta latar belakang kehidupan pengarangnya.  Keindahan dan daya tarik sebuah karya sastra tergantung dari seberapa menariknya unsur intrinsik dan unsur Ekstrinsik itu dibangun.
Karya sastra  lahir sebagai cerminan dari situasi masyarakat pada waktu karya itu dibuat / lahir. Artinya situasi dan kondisi yang terjadi dalam masyarakat pada waktu itu  sangat berpengaruh terhadap corak hasil karyanya.
Untuk itu peserta didik diberikan pembelajaran adakah kaitannya dengan menentukan latar dari sebuah cerita prosa. Kemudian peserta didik diminta menemukan latar / setting (yang berupa tempat, suasana, waktu ) dari karya prosa tersebut. Apa yang menjadi ciri khas karya tersebut ? Dan apakah ada kaitannya dengan kehidupan nyata. Misalnya: Novel ” Laskar Pelangi” atau “ Sang Pemimpi  Karya Andrea Hirata .Apakah ada kaitannya antara latar yang ada dalam kedua novel tersebut itu dengan kehidupan sosial budaya  masyarakat Belitung pada waktu itu ? Untuk itu, peserta didik mendiskusikan dengan kelompoknya bagaimana kehidupan masyarakat belitung dengan mencari literatur letak geografis dan sosial budaya masyarakat Belitung. Kemudian menemukan keterkaitan latar dalam novel dengan kehidupan yang sebenarnya. Tiap kelompok menyimpulkan keterkaitan latar novel dengan latar yang sebenarnya terjadi .Peserta didik menyampaikan hasil kerja kelompoknya secara lisan di depan kelas, dan peserta didik kelompok lain memberikan tanggapan.
Pembelajaran ini dapat dikaitkaan dengan ilmu psikologi contohnya pada novel yang berjudul “Pada Sebuah Kapal” dan “ Pertemuan Dua Hati” karya NH. Dini. “ Di  Bawah Lindungan Ka’bah” karya HAMKA dapat pula dikaitkan dengan kehidupan sosial budaya pengarangnya, demikian juga Roman “Siti Nurbaya” karya Marah Rusli.
Dari amanat dalam cerita saja bisa kita kembangkan materi pembelajaran lebih luas dengan melintas pada kurikulum Pendidikan Agama, PLKJ, IPS, dan lebih-lebih pada pendidikan karakter bangsa sangat cocok sekali. Demikian halnya dari sifat / watak tokohnya guru bisa mengaitkan pada masalah pembentukan karakter dan jati diri bangsa. Sehingga harapan ke depan  generasi kita akan menjadi yang berkualitas dan bermartabat karena pembelajaran yang peserta didik alami dalam proses pendidikan di sekolah di tambah pendidikan di keluarga akan mampu membentuk pribadi yang bermoral. Walaupun butuh waktu yang tidak sedikit untuk terbentuknya pribadi yang berkarakter, yakinlah bahwa 25 tahun lagi kita akan merasakan terwujudnya  “ Indonesia Emas “ jika para guru / para pendidik mau mulai dari sekarang, minimal dimulai dari diri kita sendiri.

Ø  Pembelajaran Tokoh Idola
Pengembangan pembelajaran bahasa melalui lintas kurikulum pelajaran IPS /sejarah dilakukan pada saat materi pembelajaran Tokoh Idola. Di mana peserta didik menentukan tokoh idolanya kemudian menentukan kelebihan tokoh idolanya tersebut serta menentukan hal-hal yang bisa diteladani pada diri tokoh idolanya. Guru menyarankan tokoh idola yang dipilihnya adalah tokoh yang pernah tercatat dalam sejarah bangsa atau sejarah dunia. Tentu saja peserta didik secara tidak langsung harus mengetahui sejarah yang terjadi pada tokoh idolanya tersebut. Hal ini berarti peserta didik belajar juga mengenai sejarah. Sebagai guru hendaklah mampu memberikan ilustrasi terlebih dahulu tentang tokoh-tokoh terkenal baik di dunia keagamaan, dunia olah raga, dunia seni , dan tokoh lokal maupun tokoh dunia.
Ø  Penggunaan Bahasa yang Baik dan Benar
Pembelajaran Bahasa yang baik dan benar hendaklah selalu ditekankan kepada peserta didik. Penggunaan bahasa yang baik artinya penggunaan bahasa dengan memperhatikan situasi dan kondisi yang ada, misalnya: ketika seseorang di sekolah seharusnya menggunakan bahasa yang resmi karena sekolah adalah lembaga resmi, sebaliknya jika berada di pasar maka gunakan bahasa pasar. Demikian juga ketika di dalam keluarga.
Penggunaan bahasa yang benar adalah menggunakan bahasa dengan benar sesuai dengan aturan di dalam EYD. Untuk itu peserta didik diberikan tema-tema yang menarik ( contohnya: bahasa facebook, bahasa Twiter, bahasa SMS, bahasa Prokem, bahasa daerah, bahasa keluarga, dan sebagainya ). Kemudian peserta didik diminta menemukan contoh-contoh kesalahan berbahasa sekaligus membetulkan kesalahan tersebut ke dalam  penggunaan bahasa  yang tepat . Selain itu metode penggabungan untuk materi kesenian pun bisa disisipkan yaitu dengan menyanyi atau bermain peran.Di sinilah kemampuan seorang guru diuji.
Contohnya :
Berikan ilustrasi kepada peserta didik kalimat apa yang biasa diucapkan oleh peserta didik jika  peserta didik itu terlambat masuk ke sekolah.  Berikan waktu satu menit agar peserta didik mempersiapkan  kalimat apa yang akan diucapkan . Kemudian lima orang peserta didik menuliskan kalimat yang di papan tulis. Lalu muncullah kalimat Maaf Bu,saya terlambat karena ketiduran! ( guru langsung bertanya: ketiduran siapa? Atau siapa yang menidurimu ? ) maka murid agak bingung                                                                                                                                                                                                                                                  
ketiduran  kata dasar tidur + ke-an
Makna ke-an pada kata tersebut adalah ditiduri, sedangkan yang bermakna tidak sengaja berarti ter + tidur.
Dengan guru bernyanyi lagu Nia Daniati  Berulangkali aku mencoba untuk selalu mengalah....”
berulangkali atau berulang-ulang dan berkali-kali menurut bahasa baku benar atau tidak ?
Berperanlah guru sebagai seorang pembawa acara/MC “...Para hadirin yang berbahagia, saksikanlah sebuah persembahan yang amat sangat kita nantikan dalam acara puncak kali ini,....”
Kata para hadirin atau para tamu undangan atau hadirin yang nemar menurut EYD ?
 Dengan pembelajaran EYD yang tadinya menjadi momok bagi peserta didik akan menyenangkan dan tidak membebani peserta didik itulah tujuan pembelajaran bahasa akan cenderung berhasil lebih banyak.
Ø  Menulis Surat
            Pengembangan pembelajaran bahasa untuk materi Menulis Surat dapat menggunakan metode lintas materi dengan pelajaran Keterampilan Jasa. Untuk penulisan surat peserta didik diajak mengingat kembali penulisan surat resmi dan tidak resmi, kemudian peserta didik diminta menunjukkan perbedaan antara surat resmi dan tidak resmi, ciri-ciri surat resmi dilihat dari  bentuk surat resmi, maupun isinya
            Dalam Penulisan surat  pasti selalu berdampingan dengam penggunaan  kata sapaan, untuk itu sebelumnya berikan pemahaman tentang kata ganti dan perbedaannya dengan kata sapaan. Kenalkan kata ganti dan bagaimana cara mudah menghafal kata ganti orang I, II, dan III . Misalnya,bisa kita gunakan gerakan tangan untuk membedakan kata ganti orang I, II, dan III. Berikan materi sopan santun dalam surat menyurat yang tertuang dalam bentuk tulisan / bahasa tulis. Dan dalam jhal itu guru harus “ telaten “dan teliti agar siswa benar-benmar memahami apa yang ia tulis.

Ø  Membaca Tabel
Pada pembelajaran ini peserta setelah dijelaskan tujuan pembelajaran, pembentukan kelompok, dan cara kerjanya, maka  siswa yang telah diberitahu terlebih dahulu untuk membawa contoh tabel / grafik / diagram langsung duduk dengan kelompoknya masing-masing. Dalam satu kelompok yang terdiri dari 4-5 siswa membaca tabel yang telah ditetapkan kelompok. Setelah itu, siswa membuat pertanyaan tentang tabel.Dan yang terakhir menyimpulkan. Kegiatan tersebut 45 menit dirasa cukup. Pada 20 menit kemudian digunakan untuk mengoreksi hasil kerja kelompok lainnya dibantu pembimbingan oleh guru dalam kelompok. Hasil kerja pada pertemuan berikutnya siswa telah memindahkan hasil kerja kelompok ke dalam power point dan siswa mempresentasikannya. Pada saat presentasikan siswa dari kelompok lain memberikan saran dan kriyikanyang membangun sembari guru memberikan penilaian atas unjuk kerja mereka / peserta didik.
 
BAB III
P E N U T U P

Pendidikan sebagai  suatu usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya memiliki kekuatan spiritual keaagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa , dan negara.
Untuk itu pendidik hendaknya memiliki wawasan yang luas, jangan hanya mnguasai ilmu yang digelutinya sehingga seorang guru / pendidik dalam pembelajaran akan monoton, kaku, membosankan. Kreatifitaslah yang harus dimiliki seorang guru menjadi wajib
Demikian yang bisa penulis sampaikan . semoga bisa menambah wawasan bagi bekal pembaca. Penulis menyadari betapa masih jauh dari kekurangan penulisan ini , kiranya Bapak / Ibu Pembaca yang budiman berkenan memberikan kritik dan saran yang membangun.


                                                                                    Penulis,
RR.Lestariningsih, S.Pd
Guru smpn. 196 Jakarta



Tidak ada komentar:

Posting Komentar