BAB I
PENDAHULUAN
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi
di era globalisasi yang sangat cepat memunculkan tuntutan baru dalam segala
aspek kehidupan, termasuk dalam sistem pendidikan sehingga mendorong para
pengambil kebijakan dalam lembaga
pendidikan berperan aktif dalam
melakukan pembaharuan – pembaharuan di bidang pendidikan baik secara struktural
maupun infrastruktur. Pembaharuansistem
pendidikan dilakukan untuk memperbaharui visi, misi, dan strategi pembangunan
pendidikan. Sehingga diperlukan partisipasi aktif dari para pengemban
pendidikan dengan menciptakan proses belajar mengajar yang benar melalui
berbagai pendekatan yang aktif, kreatif, inovatif, efektif, dan menyenangkan .
Hal ini bertujuan untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta
peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa
sebagaimana tertuang di dalam fungsi pendidikan nasional. [1]
Adapun pendidikan sebagai suatu usaha
manusia agar dapat mengembangkan potensi manusia yang beriman dan bertagwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa , berakhlak mulia, sehat, berilmu,cakap, kreatif,
mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis dan beranggung jawab
diperlukan suatu sistem pendidikan yang terbuka dan bermakna. Kebermaknaan dalam
proses pembelajaran dan pendidikan akan dapat tercipta jika proses pembelajaran
dapat diintegrasikan dengan mata pelajaran yang lain atau dapat juga
dengan mengaitkan kejadian dalam
kehidupan nyata. Pembelajaran ini adalah pembelajaran yang menarik, menantang,
dan menyenangkan, serta mampu memberi penguatan
bagi mata pelajaran lain. Dalam hal ini, pembelajaran dan pendidikan di
tingkat satuan tertentu benar merupakan satu kesatuan terintegrasi dan bukan
sesuatu yang terkotak-kotak antara mata pelajaran yang satu dengan yang lain.
Pembelajaran yang hanya menyampaikan
materi secara murni tanpa dikaitkan dengan materi pembelajaran lain, yang
terjadi pembelajaran akan terkesan monoton, Bahkan guru terkesan kurang
mempunyai pengetahuan yang luas. Berikan variasi dengan bercerita, kuis,
permaianan, dan sedikit sentilan - sentilan yang lagi ngetrend pada anak
remaja, tentu saja yang mengarah pada materi yang akan dibahas dalam
pembelajaran.
Metode pembelajaran di kelas yang
merupakan ujung tombak sebuah pendidikan itu bermakna apabila pembelajaran itu
berlangsung dengan penuh kesan yang mendalam pada diri peserta didik jika proses pendidikan dan pembelajaran itu
dapoat berjalan dengan sederhana dan menyenangkan . Yaitu dengan menciptakan
suasana belajar yang asyik, gembira serta menyenangkan. Dengan demikian , upya
memberikan materi sesuai dengan pola pikir anak
dan tidak lagi menggunakan perspektif pembelajaran dengan harga mati.
Bahkan , seorang guru bisa menggunakan
kerangka balik, yaitu dengan persepsi bahwa anak memiliki perspektif yang sama
dalam hal “ kesenangan” . Untuk itu,
perlu upaya-upaya kreatif sebagai strategi sehingga menimbulkan efek senang,
dengan harapan menciptakan suasana belajar yang menyenangkan , dan dapat
menimbulkan terangkatnya kemampuan berpikir mereka. Pada gilirannya sesulit
apapun materi yang diberikan akan lebih mudah diterima oleh peserta didik.
Dalam pembahasan kali ini, penulis ingin
berbagi pengalaman penulis selama mengajar. Pengalaman-pengalaman ini merupakan
sebuah perjalanan panjang yang telah penulis lalui dari sebuah kegagalan demi
kegagalan mengajar kemudian penulis mencoba belajar terus dari kegagalan itu.
Sehingga pembelajaran lintas kurikulum yang penulis lakukan ini berbuah pada
suatu pembelajaran yang menyenangkan dan peserta didik terangsang untuk lebih
kreatif tanpa merasa terbebani.
Semoga penulisan pengalaman ini dapat
bermanfaat bagi diri penulis khususnya dan para pembaca pada umumnya. Inilah
sebuah pengalaman yang kemudian bergulir dengan apa adanya.
BAB II
PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN BAHASA
INDONESIA MELALUI KEGIATAN LINTAS
KURIKULUM
Pembelajaran
Bahasa akan menyenangkan jika menekankan pada kebermaknaan dalam proses belajar
mengajar di kelas dengan mengaitkan manfaat materi belajar dalam kehidupan peserta didik pada khususnya
dan manusia pada umumnya. Dalam hal ini, akan dirasakan oleh peserta didik
bahwa apa yang dipelajari oleh peserta didik di kelas benar-benar bermakna atau
bermanfaat kelak di kemudian hari. Pembelajaran
bahasa akan menarik dan bervariasi jika materi dapat diintegrasikan dengan
materi pelajaran lain atau nilai-nilai yang ada dalam kehidupan nyata.
Mengapa
Pelajaran bahasa seringkali disepelekan ? Ini terjadi karena ‘image’ yang
terbentuk dalam masyarakat diakibatkan proses pembelajaran yang kurang bermakna.
Kebermaknaan pembelajaran bahasa dapat terjadi apabila metode pembelajaran itu
selalu mengaitkan materi yang ada dengan mata pelajaran lain secara terpadu dan
terintegrasi, misalnya : pembelajaran bahasa dikaitkan dengan pelajaran agama,
PPKn, IPA, IPS, olah raga, kesenian dan sebagainya .Pengaitan ini dapat
dilakukan dengan :
a. Secara
terpadu, misalnya : laporan hasil
penelitian peserta didik tentang percobaan IPA dapat dilihat dari segi
bahasanya.
b. Terkait/terpisah,
artinya merupakan tindak lanjutdari pembelajaran sebelumnya, misalnya:
pelajaran menulis puisi ,menyunting puisi, membaca puisi, dan memparafrasekan
puisi, serta menanggapi pembacaan puisi.
Pembelajaran
Bahasa dengan melalui lintas kurikulum memiliki kelebihan antara lain :
a. Waktu
dapat dimanfaatkan lebih eisien
b. Pembelajaran
tidak membosankan karena lebih bervariasi
c. Memperkuat
pemahaman peserta didik pada pelajaran lain.
Contoh-Contoh
Pembelajaran Bahasa Indonesia dengan Lintas Kurikulum
Ø Cerita “ Malin Kundang”
Isi cerita Malin Kundang dapat dikaitkan
Pelajaran Agama Islam tentu saja bagi peserta didik yang beragama Islam, sedang
untuk yang beragama non-Islam menyesuaikan dirui dengan agama yang dimilikinya.
Contoh Untuk Peserta didik Yang Beragama
Islam :
Bagaimana
sikap Malin terhadap ibunya jelas
menyimpang dari ajaran agama Islam.Untuk itu guru segera membuka Al Qur’an dan
menyuruh peserta didik membaca Surat An
Nisaa’ayat 36 dan Surat Al
Israa’ayat 23-24. Peserta didik diajak untuk berpikir mengaitkan sikap dan
perilaku Si Malin Kundang dengan surat tersebut,
Hal
ini dapat kita kaitkan dengan perintah agama Islam yang terdapat dalam Surat An Nisaa’ayat 36 yang artinya “
Dan sembahlah Allah dan janganlah menyekutukan -Nya dengan sesuatu apapun dan
berbuat baiklah kepada kedua ibu- bapakmu, kepada kaum kerabat, kepada
anak-anak yatim,kepada orang-orang miskin,kepada tetangga –tetangga
dekat,tetangga yang jauh, teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahaya,
sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membanggakan
dirinya sendiri”
Dan Surat
Al Israa’ayat 23-24 yang isinya “ Dan Robmu telah memerintahkankepada
manusia janganlah ia beribadah melainkan hanya kepada-Nya dan hendaklah berbuat
baiklah kepad kedua orang tuanya dengan sebaik-baiknya, Dan jika salah satu
atau keduanya sudah beruasia lanjut di sisimu maka janganlah katakan ‘ah’ dan janganlah kamu membentak-bentak keduanya.
“ Dan katakanlah kepada keduanya perkataan yang mulia dan rendahkanlah dirimu
terhadap keduanya dengan penuh kasih sayang dan katakanlah wahai Rabbku
sayangilah keduanya sebagaimana mereka menyayangiku di waktu kecil,” Hal ini
bisa dikaitkan dan dikembangkan lebih luas lagi dari segi amanat cerita yang
ada dengan ajaran agama yang sesuai .
Ø Cerita rakyat Sangkuriang
Pada pembelajaran ini peserta didik
diajak untuk menemukan nilai-nilai yang dapat dikaitkan dengan kehidupan nyata.
Untuk itu peserta didik berdiskusi untuk menemukan unsur-unsur intrinsiknya dan
kemudian mampu menemukan nilai-nilai yang sesuai dengan kehidupan nyata. Peserta
didik dibiarkan untuk mengembara dengan pikirannya membayangkan antara cerita
yang fiktif dan mengaitkan dengan kebenaran yang ada secara logika. Cerita ini
bisa dikaitkan pelajaran geografi, di mana kebenaran cerita ini dilihat dari
sudut pandang ilmu alam dengan hakikat sebuah dongeng itu sendiri . sehingga peserta
didik bisa memahami kedudukan dongeng yang berjudul Sangkuriang itu sebagai
sebuah legenda dan sejarah Gunung Tangkuban Perahu yang sebenarnya
Ø Materi Etika Bertelepon
Materi pembelajaran Etika Bertelepon di Kelas VII
dapat dikaitkan dengan sikap dan perilaku sopan santun pergaulan dan penggunaan
fasilitas umum yang ada di PLKJ atau PPKn. Di
mana Peserta didik diajak untuk menidentifikasikan kesalahan–kesalahan yang
biasa ditemui dan kesalahan tersebut dikaitkan dengan norma sopan santun
berlaku, kemudian peserta didik menilai dan mencari solusi yang tepat untuk
mengatasi kesalahan yang terjadi melalui diskusi kelompok.
Materi ini dapat dikembangkan lagi dengan mengkaitkan
pelajaran IPS (ekonomi). Contohnya lamanya penggunaan telepon dikaitkan dengan
masalah biaya. Semakin lama telepon digunakan maka semakin tinggi biaya yang
akan kita keluarkan. Sehingga semestinya penggunaan telepon itu seperlunya saja
dalam hal ini dapatlah dikaitkan dengan prinsip ekonomi pada pelajaran IPS
ekonomi.
Selain itu, bisa saja dikembangkan lagi dengan
mengaitkan pelajaran TIK di SMP. Contohnya : berbagai bentuk alat komunikasi
dalam perkembangannya yang sangat pesat dewasa ini, menuntut adanya sikap positif
sehingga kita harus mampu mengikuti perkembangan ITC dengan lebih bijak. Alat
komunikasi yang ada semestinya bisa dijadikan ajang untuk memotivasi diri peserta
didik untuk belajar dan bersikap yang lebih menguntungkan dengan tidak
meninggalkan nilai-nilai moral yang luhur. Untuk itu, peserta didik diajak
untuk merumuskan tata cara bertelepon yang baik/sopan baik dari segi bahasa,
cara berbicara,cara penggunaan pesawat telepon/HP, maupun hal- hal lain yang
perlu ditambahkan dalam etika bertelepon dengan cara berdiskusi.
Setelah
peserta didik mampu merumuskan hasil diskusi, maka peserta didik melakukan
latihan/ praktik bertelepon dengan teman sebangkunya kemudian dinilai oleh
teman di belakangnya. Setelah itu, peserta didik di bangku bekangnya memberikan
kritik dan saran secara bergantian, kemudian baru penilaian dilakukan oleh
teman sejawat dan guru secara bersamaan dengan berpedoman pada rubrik penilaian
yang telah dipersiapkan.
Ø Pembelajaran Membaca Teks Perangkat
Upacara
Pada pembelajaran ini dapat dikembangkan dengan cara
peserta didik diajak terlebih dahalu melakukan olah raga ringan dengan gerakan
tangan ,leher, dan badan. Di samping itu, dilakukan latihan olah vokal dengan
melatih peserta didik mengucapkan : A-I-U-E-O
serta S dengan pengaturan nafas dari perut dan pengucapan vokal dengan benar.
Ini berarti pembelajaran bahasa menggunakan penggabungan pelajaran olah raga sekaligus kesenian.
Setelah kedua hal tersebut selesai, peserta didik diajak menyanyikan lagu–lagu
wajib yang biasa ditampilkan di saat upacara Hari Senin dengan suara perut dan
pengucapan vokal yang benar.
Hal
itu sebagai awal pembelajaran membaca teks
perangkat upacara dengan benar. Setelah itu, baru masuk pada teknis
pembacaan teks perangkat upacara dipandu langsung oleh guru dengan memberikan
tanda penekanan / enjambemen pada naskah tersebut. Di mana peserta didik
membentuk kelompok untuk berlatih dan kemudian setiap peserta didik diundi
untuk pengambilan nilai membaca teks perangkat upacara, Peserta didik diundi
secara urut sesuai absen tetapi yang diundi materi yang akan dibacanya.
Sehingga peserta didik harus menyiapkan diri agar siap membaca teks perangkat
upacara .Guru mencari waktu yang tepat untuk memasukkan variasi yaitu
menyanyikan lagu Indonesia Raya, Hymne Guru, Mengeningkan Cipta, dan minimal
satu lagu wajib. Tentu saja diperhatikan betul bagaimana bernyanyi dengan vokal dan penghayatan yang benar . Dengan
demikian, berarti terjadi perpaduan pembelajaran
Bahasa Indonesia dengan pembelajaran Seni Budaya.
Ø Menyimak Wawancara
Sebelum pembelajaran menyimak dimulai, peserta didik
diajak bagaimana melatih konsentrasi terlebih dahulu. Karena menyimak tidak
akan dilakukan jika konsentrasi tidak bisa dilakukan, Untuk itu, peserta didik
dilatih membentuk konsentrasi terlebih dahulu dengan olah raga yaitu senam
otak, Yaitu dengan menggerakkan jari-jari tangan dan gerakan tangan yang
sederhana. Setelah itu, peserta didik dibawa pada tahap menyimak wawancara yang
telah dipersiapkan. Berikan kepada peserta didik manfaat dari menyimak
informasi dan bagaimana kaitannya dengan arus globalisasi yang begitu pesat
melaju terus serta bagaimana dengan keterbatasan kemampuan kita menyikapinya.
Maka masuklah pendidikan moral dan budaya sebagai variasinya. Buatlah komitmen
dalam hal ini dengan peserta didik.
Ø Menentukan latar dalam karya sastra dengan mengaitkan
latar yang ada dengan kehidupan nyata
Karya sastra dalam perkembangannya di Indonesia
terbagi dalam dua bentuk yaitu berupa prosa dan puisi . Karya sastra (prosa dan
puisi ) berdasarkan kurun waktunya terbagi atas karya sastra lama dan karya
sastra baru. Kualitas sebuah karya dapat dilihat dari unsur-unsur yang
membangunnya, yaitu unsur intrinsik dan unsur
ekstrinsiknya. Unsur intrinsik
karya sastra yang berupa tema,
amanat, plot, penokohan,
perwatakan, setting, bahasa, point of
view. Dan unsur ekstrinsik yang berupa situasi dan kondisi masyarakat pada waktu
karya itu lahir, serta latar belakang kehidupan pengarangnya. Keindahan dan daya tarik sebuah karya sastra
tergantung dari seberapa menariknya unsur intrinsik dan unsur Ekstrinsik itu
dibangun.
Karya sastra lahir
sebagai cerminan dari situasi masyarakat pada waktu karya itu dibuat / lahir.
Artinya situasi dan kondisi yang terjadi dalam masyarakat pada waktu itu sangat berpengaruh terhadap corak hasil
karyanya.
Untuk itu peserta didik diberikan pembelajaran
adakah kaitannya dengan menentukan latar dari sebuah cerita prosa. Kemudian peserta
didik diminta menemukan latar / setting (yang berupa tempat, suasana, waktu )
dari karya prosa tersebut. Apa yang menjadi ciri khas karya tersebut ? Dan
apakah ada kaitannya dengan kehidupan nyata. Misalnya: Novel ” Laskar Pelangi” atau “ Sang Pemimpi
“ Karya Andrea Hirata .Apakah ada kaitannya antara latar yang ada dalam
kedua novel tersebut itu dengan kehidupan sosial budaya masyarakat Belitung pada waktu itu ? Untuk
itu, peserta didik mendiskusikan dengan kelompoknya bagaimana kehidupan masyarakat
belitung dengan mencari literatur letak geografis dan sosial budaya masyarakat
Belitung. Kemudian menemukan keterkaitan latar dalam novel dengan kehidupan
yang sebenarnya. Tiap kelompok menyimpulkan keterkaitan latar novel dengan
latar yang sebenarnya terjadi .Peserta didik menyampaikan hasil kerja
kelompoknya secara lisan di depan kelas, dan peserta didik kelompok lain
memberikan tanggapan.
Pembelajaran
ini dapat dikaitkaan dengan ilmu psikologi contohnya pada novel yang berjudul “Pada Sebuah Kapal” dan “ Pertemuan Dua Hati” karya NH. Dini. “ Di
Bawah Lindungan Ka’bah” karya HAMKA dapat pula dikaitkan dengan
kehidupan sosial budaya pengarangnya, demikian juga Roman “Siti Nurbaya” karya Marah Rusli.
Dari amanat dalam cerita saja bisa kita kembangkan
materi pembelajaran lebih luas dengan melintas pada kurikulum Pendidikan Agama,
PLKJ, IPS, dan lebih-lebih pada pendidikan karakter bangsa sangat cocok sekali.
Demikian halnya dari sifat / watak tokohnya guru bisa mengaitkan pada masalah
pembentukan karakter dan jati diri bangsa. Sehingga harapan ke depan generasi kita akan menjadi yang berkualitas
dan bermartabat karena pembelajaran yang peserta didik alami dalam proses
pendidikan di sekolah di tambah pendidikan di keluarga akan mampu membentuk
pribadi yang bermoral. Walaupun butuh waktu yang tidak sedikit untuk
terbentuknya pribadi yang berkarakter, yakinlah bahwa 25 tahun lagi kita akan
merasakan terwujudnya “ Indonesia Emas “
jika para guru / para pendidik mau mulai dari sekarang, minimal dimulai dari
diri kita sendiri.
Ø Pembelajaran Tokoh Idola
Pengembangan pembelajaran bahasa melalui lintas
kurikulum pelajaran IPS /sejarah dilakukan pada saat materi pembelajaran Tokoh
Idola. Di mana peserta didik menentukan tokoh idolanya kemudian menentukan kelebihan
tokoh idolanya tersebut serta menentukan hal-hal yang bisa diteladani pada diri
tokoh idolanya. Guru menyarankan tokoh idola yang dipilihnya adalah tokoh yang
pernah tercatat dalam sejarah bangsa atau sejarah dunia. Tentu saja peserta
didik secara tidak langsung harus mengetahui sejarah yang terjadi pada tokoh
idolanya tersebut. Hal ini berarti peserta didik belajar juga mengenai sejarah.
Sebagai guru hendaklah mampu memberikan ilustrasi terlebih dahulu tentang
tokoh-tokoh terkenal baik di dunia keagamaan, dunia olah raga, dunia seni , dan
tokoh lokal maupun tokoh dunia.
Ø Penggunaan Bahasa yang Baik dan
Benar
Pembelajaran
Bahasa yang baik dan benar hendaklah selalu ditekankan kepada peserta didik. Penggunaan
bahasa yang baik artinya penggunaan bahasa dengan memperhatikan situasi dan
kondisi yang ada, misalnya: ketika seseorang di sekolah seharusnya menggunakan bahasa
yang resmi karena sekolah adalah lembaga resmi, sebaliknya jika berada di pasar
maka gunakan bahasa pasar. Demikian juga ketika di dalam keluarga.
Penggunaan
bahasa yang benar adalah menggunakan bahasa dengan benar sesuai dengan aturan
di dalam EYD. Untuk itu peserta didik diberikan tema-tema yang menarik (
contohnya: bahasa facebook, bahasa Twiter, bahasa SMS, bahasa Prokem, bahasa
daerah, bahasa keluarga, dan sebagainya ). Kemudian peserta didik diminta
menemukan contoh-contoh kesalahan berbahasa sekaligus membetulkan kesalahan
tersebut ke dalam penggunaan bahasa yang tepat . Selain itu metode penggabungan
untuk materi kesenian pun bisa disisipkan yaitu dengan menyanyi atau bermain
peran.Di sinilah kemampuan seorang guru diuji.
Contohnya
:
Berikan
ilustrasi kepada peserta didik kalimat apa yang biasa diucapkan oleh peserta
didik jika peserta didik itu terlambat
masuk ke sekolah. Berikan waktu satu
menit agar peserta didik mempersiapkan
kalimat apa yang akan diucapkan . Kemudian lima orang peserta didik menuliskan
kalimat yang di papan tulis. Lalu muncullah kalimat “ Maaf Bu,saya terlambat karena ketiduran!
”( guru langsung bertanya: ketiduran siapa? Atau siapa yang menidurimu
? ) maka murid agak bingung
Makna
ke-an pada kata tersebut adalah ditiduri, sedangkan yang bermakna tidak sengaja
berarti ter + tidur.
Dengan
guru bernyanyi lagu Nia Daniati “
Berulangkali aku mencoba
untuk selalu mengalah....”
berulangkali atau berulang-ulang
dan berkali-kali menurut bahasa baku benar atau tidak ?
Berperanlah guru sebagai seorang
pembawa acara/MC “...Para hadirin yang berbahagia,
saksikanlah sebuah persembahan yang amat sangat kita nantikan dalam
acara puncak kali ini,....”
Kata
para hadirin atau para tamu undangan atau hadirin yang
nemar menurut EYD ?
Dengan pembelajaran EYD yang tadinya menjadi
momok bagi peserta didik akan menyenangkan dan tidak membebani peserta didik
itulah tujuan pembelajaran bahasa akan cenderung berhasil lebih banyak.
Ø Menulis Surat
Pengembangan
pembelajaran bahasa untuk materi Menulis Surat dapat menggunakan metode lintas
materi dengan pelajaran Keterampilan Jasa. Untuk penulisan surat peserta didik
diajak mengingat kembali penulisan surat resmi dan tidak resmi, kemudian peserta
didik diminta menunjukkan perbedaan antara surat resmi dan tidak resmi,
ciri-ciri surat resmi dilihat dari
bentuk surat resmi, maupun isinya
Dalam Penulisan surat pasti selalu berdampingan dengam penggunaan kata sapaan, untuk itu sebelumnya berikan
pemahaman tentang kata ganti dan perbedaannya dengan kata sapaan. Kenalkan kata
ganti dan bagaimana cara mudah menghafal kata ganti orang I, II, dan III .
Misalnya,bisa kita gunakan gerakan tangan untuk membedakan kata ganti orang I,
II, dan III. Berikan materi sopan santun dalam surat menyurat yang tertuang
dalam bentuk tulisan / bahasa tulis. Dan dalam jhal itu guru harus “ telaten “dan teliti agar siswa
benar-benmar memahami apa yang ia tulis.
Ø Membaca Tabel
Pada pembelajaran ini peserta setelah dijelaskan
tujuan pembelajaran, pembentukan kelompok, dan cara kerjanya, maka siswa yang telah diberitahu terlebih dahulu
untuk membawa contoh tabel / grafik / diagram langsung duduk dengan kelompoknya
masing-masing. Dalam satu kelompok yang terdiri dari 4-5 siswa membaca tabel
yang telah ditetapkan kelompok. Setelah itu, siswa membuat pertanyaan tentang
tabel.Dan yang terakhir menyimpulkan. Kegiatan tersebut 45 menit dirasa cukup.
Pada 20 menit kemudian digunakan untuk mengoreksi hasil kerja kelompok lainnya
dibantu pembimbingan oleh guru dalam kelompok. Hasil kerja pada pertemuan
berikutnya siswa telah memindahkan hasil kerja kelompok ke dalam power point
dan siswa mempresentasikannya. Pada saat presentasikan siswa dari kelompok lain
memberikan saran dan kriyikanyang membangun sembari guru memberikan penilaian
atas unjuk kerja mereka / peserta didik.
BAB III
P E N U T U P
Pendidikan sebagai
suatu usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya memiliki kekuatan spiritual keaagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa , dan negara.
Untuk
itu pendidik hendaknya memiliki wawasan yang luas, jangan hanya mnguasai ilmu
yang digelutinya sehingga seorang guru / pendidik dalam pembelajaran akan
monoton, kaku, membosankan. Kreatifitaslah yang harus dimiliki seorang guru
menjadi wajib
Demikian yang bisa penulis sampaikan . semoga bisa
menambah wawasan bagi bekal pembaca. Penulis menyadari betapa masih jauh dari
kekurangan penulisan ini , kiranya Bapak / Ibu Pembaca yang budiman berkenan
memberikan kritik dan saran yang membangun.
Penulis,
RR.Lestariningsih,
S.Pd
Guru smpn. 196 Jakarta
Guru smpn. 196 Jakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar